
Setiap anak, tanpa memandang latar belakang geografis, ekonomi, atau sosial, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Konstitusi Indonesia pun telah menegaskan hal ini dalam Pasal 31 UUD 1945 bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Namun, kenyataannya, kesenjangan pendidikan antara wilayah kota dan daerah terpencil masih sangat terasa.
SMAN 1 Mesuji Timur, sekolah negeri di wilayah perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, tantangan itu hadir setiap hari. Jarak tempuh yang jauh, jalanan yang berdebu saat musim panas dan licin saat musim hujan, keterbatasan infrastruktur, belum maksimalnya akses digital, dan sumber daya yang terbatas adalah realita yang harus dihadapi oleh guru dan siswa. Meski demikian, semangat belajar tidak pernah padam. Anak-anak datang dengan tekad kuat, dan guru-guru berjuang menciptakan ruang belajar yang bermakna, walau dengan segala tantangan yang ada.
Semangat ini mencerminkan apa yang disebut oleh UNESCO sebagai Education for All - bahwa pendidikan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan jaminan yang harus diberikan kepada setiap manusia sejak lahir (UNESCO, 2020). Maka menjadi penting bagi semua pihak - terutama lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk hadir, menjembatani jurang, dan membuka peluang bagi mereka yang selama ini dipinggirkan oleh sistem.
Pada suatu momen berharga, siswa-siswi SMAN 1 Mesuji Timur mendapat kesempatan langka untuk menjejakkan kaki di Yogyakarta. Kota Pelajar yang selama ini hanya mereka kenal lewat buku dan layar gawai. Kunjungan ke kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuka mata mereka akan dunia yang lebih luas, sekaligus menyalakan kembali mimpi-mimpi yang nyaris redup. Dari Mesuji Timur ke Kota Pelajar: UNY menyambung akses, menghapus batas. Bukan hanya secara geografis, tapi juga batas psikologis tentang siapa yang berhak bermimpi tinggi dan siapa yang layak mendapat pendidikan terbaik.
Menginjak Jogja, Membuka Mata
Bagi banyak siswa daerah yang jauh dari perkotaan, dunia perguruan tinggi adalah bayangan samar. Jarak, keterbatasan informasi, dan minimnya representasi membuat kampus terasa seperti tempat yang hanya bisa dicapai oleh "anak kota". Namun anggapan itu mulai bergeser pada Maret 2019, saat SMAN 1 Mesuji Timur berkesempatan melakukan study wisata ke Yogyakarta, termasuk mengunjungi Universitas Negeri Yogyakarta.
Di tengah hiruk-pikuk Kota Pelajar, kampus UNY tampil berbeda: asri, tenang, dan penuh sambutan hangat. Kunjungan ini dipandu langsung oleh guru pendamping SMAN 1 Mesuji Timur (Bu Ira, Bu Herliyanti, Pak Puji, Pak Maulana, dan guru lainnya). Bu Ira dan Pak Puji mengenang UNY bukan hanya sebagai kampus besar, tapi juga sebagai wajah keramahan pendidikan yang merangkul siapa saja, tak peduli dari mana mereka berasal.
Kesan itu makin kuat saat para siswa diajak berkeliling lingkungan kampus dan tiba di Fakultas Ilmu Sosial. Di sanalah mereka bertemu dengan mahasiswa-mahasiswi berprestasi yang berbagi cerita, pengalaman, dan motivasi. Salah satunya adalah Putri Pramisti Asih, siswa kelas XI MIPA saat itu, yang kini sedang menempuh studi di perguruan tinggi, mengenang kunjungan tersebut sebagai salah satu titik balik dalam hidupnya:
"Setiap masa memiliki cerita dan pelajaran yang selalu berkesan. Saat itu, saya merupakan seorang pelajar SMAN 01 Mesuji Timur, kelas XI MIPA yang melakukan studi banding berupa wisata ilmiah ke beberapa tempat, salah satunya adalah UNY. Di sana saya dan teman-teman melakukan tour di sekitar kampus UNY. Fakultas Ilmu Sosial adalah salah satu gedung yang kami datangi, dan kami disambut suasana kampus yang asri dan menenangkan, suasana yang membuat diri terus bertanya-tanya mengenai dunia perkuliahan."
"Kami lalu tiba di salah satu ruang serbaguna dan bertemu dengan kakak-kakak mahasiswa yang memperkenalkan indahnya dunia perkuliahan. Rasa penasaran kami bergejolak. Kami banyak bertanya: soal beasiswa, jalur masuk, suka duka menjadi mahasiswa, bahkan tips agar bisa lulus tepat waktu."
"Studi banding itu dibawakan dengan suasana ceria dan menarik. Hingga kini, kenangan itu masih tersimpan indah, membuat saya selalu ingin kembali ke UNY dan menjumpai keindahan-keindahan lainnya."
Cerita seperti Putri adalah bukti bahwa sekali akses dibuka, semangat bisa tumbuh. Kunjungan singkat bisa meninggalkan jejak panjang dalam perjalanan hidup seseorang. UNY, dalam hal ini, bukan sekadar tempat belajar. Ia adalah jendela harapan yang terbuka bagi mereka yang selama ini hanya bisa melihat dari kejauhan.

UNY dan Misinya yang Menembus Sekat
UNY tidak hanya membesarkan dirinya sendiri, tapi juga memperbesar harapan di banyak tempat. Sebagai perguruan tinggi yang berakar kuat pada nilai Tridarma perguruan tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian, UNY menyadari bahwa transformasi pendidikan tidak boleh berhenti di ruang kelas atau tembok kampus. Ia harus menembus sekat-sekat geografis dan sosial yang selama ini membatasi akses banyak anak terhadap pendidikan bermutu.
Kontribusi nyata UNY bisa dilihat dari berbagai program yang menyentuh langsung dunia sekolah, terutama di daerah pinggiran dan 3T. Salah satunya adalah program pengabdian dosen ke sekolah-sekolah daerah. Lewat skema pengabdian masyarakat, para dosen dari berbagai fakultas terjun langsung untuk berbagi ilmu, melatih guru, hingga membantu menyusun strategi pembelajaran yang kontekstual dan sesuai kebutuhan lokal. Misalnya, pada tahun 2023, dosen UNY menginisiasi pelatihan literasi digital dan numerasi di sekolah-sekolah Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo yang masih menghadapi keterbatasan fasilitas belajar.
Selain itu, pelatihan guru juga menjadi salah satu bentuk intervensi UNY yang konsisten. Berbagai pelatihan, baik dalam hal pedagogi, pengembangan kurikulum, maupun literasi digital, diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas guru-guru di sekolah. Pendekatannya bukan top-down, tapi kolaboratif: mengangkat pengalaman guru sebagai mitra dalam membangun mutu pendidikan bersama. Program Guru Berkarya dan Pelatihan Kurikulum Merdeka yang digelar LPPM UNY adalah contoh komitmen itu.
Tak kalah penting adalah program magang mahasiswa calon guru di sekolah-sekolah pinggiran. Melalui program PPL (Praktik Pengalaman Lapangan), UNY tidak hanya memberi ruang kepada mahasiswanya untuk belajar mengajar secara nyata, tetapi juga mendorong mereka agar melihat dan merasakan tantangan pendidikan dari dekat. Pengalaman ini memperluas perspektif dan memperkuat empati, dua hal yang krusial dalam membentuk guru masa depan yang peka dan tangguh.
UNY juga membuka lebar pintunya melalui program kunjungan sekolah ke kampus. Ini bukan sekadar tur kampus, tapi bagian dari diseminasi semangat belajar. Sekolah-sekolah yang datang ke UNY, termasuk dari Mesuji Timur, disambut sebagai tamu yang layak untuk bermimpi lebih jauh. Interaksi dengan mahasiswa, pemaparan tentang dunia perkuliahan, hingga cerita-cerita inspiratif disampaikan untuk menyalakan nyala harapan baru di mata para siswa.
Lewat semua itu, UNY mengajarkan satu hal penting: bahwa pendidikan tak mengenal garis batas. Ia hadir untuk siapa saja, dari mana saja. Karena dalam dunia pendidikan yang adil, bukan domisili yang menentukan masa depan melainkan peluang yang setara.

Dari Anak Desa untuk Anak Desa
Perjalanan pendidikan sering kali melahirkan lingkaran yang indah, dimulai dari mimpi kecil di ruang kelas sederhana, lalu menempuh jalan panjang ke luar daerah, dan akhirnya kembali ke tempat semula. Begitulah kisah Debi Pranata, alumni SMAN 1 Mesuji Timur yang pada Februari 2025 resmi diwisuda sebagai lulusan Program Magister Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Kini ia mengabdi kembali sebagai guru di sekolah tempatnya dulu menimba ilmu. Sebuah bukti nyata bahwa pendidikan bukan hanya soal keberhasilan pribadi, tetapi tentang memberi kembali kepada akar yang telah membesarkan.
Tidak semua orang punya kesempatan besar, tapi setiap orang punya kemungkinan. Itulah keyakinan yang saya pegang sejak pertama kali menjejakkan kaki di ruang kelas SMAN 1 Mesuji Timur sebagai siswa. Sekolah kami jauh dari pusat kota, dengan segala keterbatasan fasilitas dan akses. Tapi kami punya satu kekuatan yang tidak tergantikan: tekad untuk terus belajar.
Bertahun-tahun kemudian, saya kembali ke sekolah itu. Bukan lagi sebagai siswa, tapi sebagai guru. Saya, Debi Pranata, adalah alumni SMAN 1 Mesuji Timur yang baru saja, pada Februari 2025, diwisuda sebagai alumni Program Magister Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Kini saya kembali mengajar di tempat saya dulu dididik. Sebuah lingkaran yang akhirnya utuh, karena belajar, pada akhirnya, bukan semata untuk diri sendiri, melainkan untuk kembali dan mengangkat pendidikan di daerah.
Bisa berkuliah di UNY adalah anugerah besar dalam hidup saya. Saya berkuliah dengan beasiswa penuhdari Kementerian Pendidikan melalui skema Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) LPDP, dan selama dua tahun saya menikmati ekosistem belajar yang sangat kondusif. Kampus UNY bukan hanya tempat mencari ilmu, tapi ruang untuk tumbuh sebagai manusia utuh. Saya bisa menyelami dunia akademik yang serius sekaligus aktif di kegiatan non-akademik seperti internship di Humas UNY sebagai jurnalis kampus, bertemu dengan banyak mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia yang sama-sama gila belajar, dan menikmati fasilitas kampus yang nyaman.
Ada tempat-tempat di UNY yang akan selalu saya kenang: Digital Library UNY, taman rektorat yang sejuk, lorong belajar Pascasarjana, dan ruang-ruang diskusi di perpustakaan pusat. Tempat-tempat itu bukan hanya ruang fisik, tapi saksi perjalanan saya menata masa depan.
Kini saya kembali. Kembali untuk mengajar, membimbing, dan memberi yang saya bisa kepada adik-adik di sekolah tempat saya ditempa dulu. Karena saya percaya: setiap anak desa berhak punya mimpi besar, dan tugas kita adalah menjadikan mimpi itu mungkin. Saya bukan siapa-siapa, tapi saya tahu, dengan pendidikan, anak-anak dari tempat kecil seperti kami bisa menjadi apa saja.
Tidak lupa, saya juga sangat berterimakasih kepada keluarga besar SMAN 1 Mesuji Timur khususnya Kepala Sekolah Bapak Soleh Udin, S.Pd yang tidak hanya memberikan dukungan tapi juga cukup kooperatif terhadap peningkatan karir dan kompetensi saya dan rekan-rekan guru lainnya.
Semoga ilmu dan pengalaman ini menjadi berkah, dan bisa saya teruskan kepada mereka yang sedang meniti jalan yang sama.
Menjaga Asa, Merawat Akses
Keadilan pendidikan tidak cukup menjadi bahan diskusi dalam ruang seminar atau tertulis dalam dokumen-dokumen kebijakan. Ia harus hidup diperjuangkan di lapangan, diterjemahkan dalam langkah nyata, dan dirawat dari waktu ke waktu. Itulah tantangan terbesar dunia pendidikan hari ini: memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal hanya karena ia lahir di tempat yang jauh dari pusat perhatian.
Mewujudkan itu tidak bisa dikerjakan sendiri. Perlu sinergi lintas jenjang, dari kampus, sekolah, hingga ruang kelas. Perlu kemauan untuk hadir, menyapa, dan bekerja bersama, bukan hanya mengajar dari menara gading. Dalam kerja besar ini, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah menjadi teladan. UNY bukan hanya tumbuh menjadi kampus unggul secara akademik, tetapi juga menjelma sebagai penjaga asa dan penghubung akses, terutama bagi mereka yang selama ini terpinggirkan dari peluang pendidikan yang bermutu.
Program pengabdian dosen ke daerah, pelatihan guru, magang calon pendidik di sekolah-sekolah pinggiran, hingga keterbukaan bagi sekolah untuk mengunjungi kampus UNY adalah bentuk nyata bahwa UNY tidak membesarkan dirinya sendiri, tetapi memperbesar harapan di banyak tempat. Kampus ini menunjukkan bahwa pendidikan yang inklusif bukan sekadar idealisme, tapi bisa menjadi praktik nyata asal ada kemauan dan keberpihakan.
Semoga jalan yang telah dibuka oleh UNY ini menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain di Indonesia. Karena masa depan pendidikan bukan ditentukan oleh seberapa besar gedungnya, tetapi seberapa luas jangkauan dampaknya. UNY telah melangkah ke arah yang benar, membangun dari hati, merangkul dari pinggiran, dan menjaga agar mimpi anak bangsa tetap menyala.
- UNESCO. (2020). Education for Sustainable Development: A roadmap. Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
- Universitas Negeri Yogyakarta. (2023). Pengabdian Masyarakat: UNY Gelar Pelatihan Literasi dan Numerasi di Sekolah Pinggiran.
- LPPM UNY. (2022). Pelatihan Kurikulum Merdeka dan Penguatan Peran Guru. Diakses dari: https://lppm.uny.ac.id
MasyaaAllah, suatu karya tulis yang indah, dengan pelajaran dan kenangan didalamnya🤗
BalasHapusTerimakasih banyak salah satu alumni terbaik sekolah. Semangat belajarnya semoga lancar studinya. Bawa terus nama baik almamater SMAN 1 Mesuji Timur ya.
HapusTulisan yang membuka jendala dunia, bahwa cita cita kita tak kenal dengan pembatasan kehidupan,, batas kehidupan harus kita terjang untung menapaki cita cita untuk meraih masa depan,, setiap anak bangsa berhak mendapatkan masa depan dimanapun dia berada.
BalasHapusSepakat Pak Guru Penggerak,
HapusMimpi memang harus terus di rawat. Apalagi untuk kami yang sekolah di kampung, tanpa mimpi-mimpi sepertinya kami akan mati (bukan secara fisik). Tapi Alhamdulillah salah satunya berkat UNY sekolah kami mendapatkan dampak baiknya jika menyoal merawat mimpi-mimpi itu.
Bagai laksana kita bernafas, jika kita berhenti maka seketika itu kita akan meninggalkan dunia ini. Pun demikian halnya dalam menuntut ilmu, jangan pernah merasa puas diri, terus mencari ilmu sampai kita wafat.
BalasHapusDengan ilmu, kita mampu merubah hal yang dirasa oranglain tidak mungkin, tapi bagi orang berilmu "Anything is possible". Terus berkarya untuk SMAN 01 Mesuji Timur.
MasyaaAllah indah sekali Pak Maulana, terimakasih banyak insight dan remindernya. Terus menuntut ilmu kebapaikan sampai kapanpun dan dimanapun berada. Sukses selalu untuk kita semua pak, semangat membakar, menemukan, dan mengembangkan potensi anak-anak.
HapusYang Tidak bisa di ungkiri atau tidak bisa di lupakan adalah rasa syukur di setiap detiknya… yukk semangat segala sesuatu itu butuh pengorbanan 🤌
BalasHapusSIAP semangat 45!
HapusPengalaman yg luar biasa ... Yang bisa jadi panutan & selalu bersyukur karna tidak semua orng bisa mengalaminya... Terus berproses dengan baik jangan berenti di zona nyaman teman2 🙏
BalasHapusJangan berhenti di zona nyaman, mari memperluas zona nyaman ya Bu Shiska.
HapusJelas dan nyata adanya bagaimana pendidikan tinggi tidak hanya sekedar memberikan dampak dari pengabdian kepada masyarakat. Namun menjadi harapan bagi sebagian orang yang memiliki mimpi besar untuk maju melalui pendidikan. Semoga UNY segera menyoroti tulisan ini dan dapat terus melaju menjadi universitas pendidikan terbaik di negeri ini. SMAN 1 Mesuji diharapkan tetap konsisten mengadakan program yang memfasilitasi kebutuhan murid dan memberikan pengalaman nyata dan kontekstual bagi proses belajar murid.
BalasHapusAamiin-Aamiin terimakasih Banyak Pak Guru. Salam semanat dan sehat selalu untuk rekan-rekan pendidik di SMP Talang Ubi.
HapusTidak hanya butuh tempat berproses, Memelihara dan mewujudkan mimpi juga perlu teman. Barakallah pak guru, mengangkat pendidikan daerah, menjadi teman anak-anak untuk membangun mimpinya.
BalasHapusLingkungan yang supportif juga perlu ya bu. Aamiin. Mari sama-sama membangun daerah. dari daerah kembali untuk daerah dalam bentuk apapun itu.
HapusKegiatan ini adalah study tour paling berkesan ☺. Ini salah satu bukti nyata dampak positif dari kegiatan study tour.
BalasHapusMelihat langsung suasana kampus ternama sehingga dapat membangkitkan semangat belajar mereka dan membuka pola pikir mereka sehingga termotivasi untuk bercita-cita lebih tinggi serta membuka wawasan tentang berbagai jurusan, profesi dan peluang mereka di masa depan.
Wah Bu Ira terimakasih banyak guru geografi terbaik di sekolah yang sat set wat wet. Seru sekali dan banyak insight ya bu kala itu pas kunjungan ke UNY. Semoga next bisa kunjungan ke UNY lagi. gaskan bu.
Hapus